NTB
Home/ Where We Work/NTB


NTB
Nusa Tenggara Barat (NTB) terdiri dari Pulau Lombok dan Sumbawa dengan tantangan geografis dan ekonomi yang mempengaruhi akses dan kualitas pendidikan, terutama di daerah terpencil. Hasil pembelajaran siswa di NTB, khususnya dalam literasi dan numerasi, masih berada di bawah rata- rata nasional. Tantangan ini diperburuk oleh lemahnya
implementasi kurikulum, minimnya kapasitas guru, dan kesenjangan dalam pengelolaan pendidikan. Selain itu, tingginya angka perkawinan anak dan keterbatasan akses pendidikan bagi anak penyandang disabilitas menambah kompleksitas masalah pendidikan di provinsi ini.
Sorotan Program
Kurikulum dan Penilaian dan Praktik Pengajaran
Salah satu penyebab utama kemampuan literasi dan numerasi siswa rendah adalah kurangnya alat asesmen yang efektif dan efisien untuk mengukur kemampuan dasar siswa. Guru seringkali kesulitan dalam melakukan asesmen secara manual, yang memakan waktu dan tenaga, sehingga menghambat identifikasi dini terhadap kebutuhan belajar siswa.
INOVASI bekerja sama dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram (FKIP UNRAM) dan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah mengembangkan ASI ASLI (Aplikasi Saring Literasi Anak Sekolah Indonesia). Aplikasi ni dirancang untuk membantu guru menilai kemampuan membaca siswa secara cepat dan akurat. Sekolah-sekolah mitra mencatat peningkatan signifikan skor literasi sebesar 12,76 poin, dari rata-rata 40,04 pada tahun 2022 menjadi 52,80 pada tahun 2023 di Rapor Pendidikan.


Kepemimpinan Sekolah
Banyak kepala sekolah, terutama di daerah terpencil, menghadapi tantangan dalam supervisi akademik dan pengelolaan sekolah. Keterbatasan pelatihan kepemimpinan membuat mereka kesulitan mendukung guru dan memastikan keberlanjutan program-program inovatif di sekolah.
INOVASI melatih kepala sekolah melalui program Pemimpin Pembelajaran, yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam manajemen sekolah dan supervisi akademik. Di Kabupaten Lombok Tengah, pelatihan ini menghasilkan peningkatan signifikan dalam pelaksanaan supervisi akademik dan pemanfaatan data sekolah untuk pengambilan keputusan.
Kesetaraan Gender dan Inklusi
NTB menghadapi tantangan signifikan terkait perkawinan anak dan kekerasan terhadap anak. Data menunjukkan bahwa NTB termasuk dalam empat provinsi dengan angka perkawinan anak tertinggi di Indonesia. Faktor pendorong meliputi tekanan ekonomi, norma budaya, dan rendahnya tingkat pendidikan. Perkawinan anak sering kali mengakibatkan putus sekolah, marginalisasi ekonomi perempuan, dan meningkatkan risiko kekerasan dalam rumah tangga serta masalah kesehatan reproduksi. Selain itu, kasus kekerasan terhadap anak di NTB juga menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Pada tahun 2019, tercatat 294 kasus kekerasan anak, yang meningkat menjadi 365 kasus pada tahun 2020. Faktor pemicu termasuk kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan praktik perkawinan dini.
INOVASI bekerja sama dengan Pusat Riset Gender (PRG) melakukan studi mendalam untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi perkawinan anak dan dampaknya terhadap pendidikan. Temuan ini digunakan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan pemangku kepentingan lokal tentang pentingnya menjaga anak perempuan tetap bersekolah. Selain itu, INOVASI mendukung pendirian Unit Layanan Disabilitas (ULD) di tingkat provinsi dan kabupaten untuk membantu sekolah mengimplementasikan pendidikan inklusif. Guru dilatih untuk mengatasi hambatan pembelajaran yang dihadapi siswa penyandang disabilitas dan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung bagi semua siswa.


Perubahan Iklim
Provinsi NTB rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti kekeringan dan banjir, yang sering mengganggu proses belajar-mengajar. Edukasi terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim masih terbatas di sekolah.
INOVASI mengintegrasikan isu perubahan iklim ke dalam kurikulum melalui pelatihan guru dan pengembangan bahan ajar terkait mitigasi dan adaptasi lingkungan. Di beberapa sekolah, program ini mendorong siswa untuk mengidentifikasi tantangan lingkungan lokal dan merancang proyek berbasis komunitas untuk mengatasinya.
