Jawa Barat

Jawa Barat

Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) merupakan kemitraan pendidikan antara Pemerintah Indonesia dan Australia yang bertujuan meningkatkan mutu pembelajaran di tingkat pendidikan dasar. Fokus utama program ini adalah pada pengembangan keterampilan literasi, numerasi, dan inklusi. Sejak fase ketiga dimulai di tahun 2024, INOVASI bekerja di tujuh provinsi, salah satunya adalah Jawa Barat.

Jawa Barat, salah satu provinsi di Pulau Jawa ini memiliki luas wilayah sekitar 35.377,76 km², hampir sama besarnya dengan negara Taiwan di Asia Timur. Provinsi ini adalah provinsi terpadat di Indonesia, dengan populasi lebih dari 48 juta jiwa. Dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan mayoritas penduduknya yang berusia muda, Jawa Barat memiliki peluang besar untuk memanfaatkan bonus demografi Indonesia yang diperkirakan mencapai puncaknya pada tahun 2030. Diperkirakan, jumlah penduduk usia produktif mencapai 37,63 juta jiwa atau 66,26% dari total populasi Jawa Barat. Agar dapat benar-benar memanfaatkan potensi tersebut, Jawa Barat perlu meningkatkan tingkat pendidikan generasi mudanya.

Tantangan Pendidikan di Jawa Barat

Menurut penelitian Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) yang dirilis oleh Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2019, Provinsi Jawa Barat berada di peringkat ke-10 dari 34 provinsi dengan kategori tingkat literasi rendah. Meski demikian, data Rapor Pendidikan Provinsi Jawa Barat Tahun 2024 memperlihatkan hasil yang bervariasi, khususnya di Kabupaten Cirebon.

Pada tingkat sekolah dasar (SD) negeri, lebih dari 70% siswa berhasil mencapai kompetensi minimum literasi, yang tergolong baik. Namun, di madrasah ibtidaiyah (MI), hanya sekitar 40%–70% siswa yang mencapai kompetensi minimum, kondisi yang serupa juga terjadi pada kemampuan numerasi di kedua jenis sekolah tersebut.

Temuan ini mencerminkan bahwa meskipun terdapat pencapaian positif, peningkatan kemampuan literasi dan numerasi siswa di Jawa Barat secara keseluruhan masih menjadi kebutuhan mendesak. Literasi dan numerasi adalah pondasi penting dalam proses belajar-mengajar yang membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis, logis, dan analitis, serta mempersiapkan mereka menghadapi tantangan di era globalisasi dan teknologi.

Selain itu, upaya untuk mewujudkan pendidikan yang inklusif di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Cirebon, masih memerlukan perhatian serius. Terdapat disparitas yang signifikan antara SD negeri dan MI, baik dari segi capaian akademik maupun pelaksanaan sekolah inklusif. Untuk itu, dibutuhkan langkah strategis agar sekolah mampu memenuhi kebutuhan siswa dengan disabilitas maupun siswa berbakat dan cerdas istimewa (CIBI) secara optimal.

Mengatasi perbedaan dalam kemampuan literasi dan numerasi serta meningkatkan iklim inklusivitas di SD negeri dan MI adalah kunci untuk memastikan bahwa seluruh siswa di Jawa Barat mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas, merata, dan inklusif.

Hasil eksplorasi di Kabupaten Cirebon mengungkap tiga masalah utama yang menyebabkan rendahnya kecakapan literasi dan numerasi siswa SD/MI, khususnya di wilayah pesisir:

Kurangnya dukungan keluarga terhadap anak-anak yang menghadapi kesulitan belajar.

Kepemimpinan pendidikan yang belum efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan, pembelajaran, literasi, numerasi, dan pengembangan karakter.

Metode pembelajaran guru kurang bermakna dan menyenangkan, sehingga siswa kesulitan memahami materi, termasuk kemampuan literasi.

Studi Kesenjangan Capaian Belajar

Kesenjangan capaian belajar antara siswa laki-laki dan perempuan juga menjadi perhatian. Guru melaporkan bahwa siswa laki-laki cenderung memiliki motivasi belajar yang rendah, sehingga capaian literasi dan numerasi mereka lebih rendah dibandingkan perempuan.

Data Rapor Pendidikan Kabupaten Cirebon 2023 menunjukkan nilai siswa laki-laki lebih rendah 1–4 poin dibandingkan perempuan. Bahkan, data PISA menunjukkan kesenjangan capaian literasi nasional pada jenjang sekolah lanjutan mencapai 23 poin.

INOVASI Jawa Barat dan LPTK mitra tengah meneliti faktor-faktor pembelajaran yang memengaruhi kesenjangan ini. Tujuannya adalah mengidentifikasi langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dan sekolah untuk mengurangi kesenjangan capaian belajar tersebut.

Program INOVASI: Menciptakan Ruang Kolaborasi Pendidikan di Jawa Barat

Sebagai provinsi mitra baru, program INOVASI akan berfokus di Kabupaten Cirebon. Menggunakan pendekatan Problem Driven Iterative Adaptation (PDIA) dengan melibatkan berbagai pihak di kabupaten untuk memperkuat pembelajaran keterampilan dasar serta isu kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial (GEDSI). INOVASI mendukung mitra dalam merancang dan menguji program yang membantu guru menerapkan kurikulum literasi dan numerasi, serta mendorong refleksi dan evaluasi program percontohan.

Program INOVASI di Jawa Barat juga mendorong Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universitas Islam Negeri (UIN) untuk memimpin uji coba bersama Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) lain di Jawa Barat, dengan tujuan meningkatkan kurikulum prajabatan. Di sisi lain, INOVASI mendukung gagasan baru dalam memperkuat kepemimpinan kepala sekolah dan pengawas, menciptakan budaya belajar yang lebih kondusif dan inklusif. Sebagai bagian dari dukungan terhadap kebijakan nasional, program INOVASI di Jawa Barat membantu mendirikan unit layanan disabilitas (ULD) di distrik mitra. Unit ini diharapkan mampu mendukung guru dan kepala sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan ramah bagi semua siswa.

Uji Coba Peningkatan Literasi dan Numerasi di Kabupaten Cirebon

Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah daerah, pemangku kepentingan pendidikan, dan INOVASI menyepakati solusi melalui penguatan kepemimpinan sekolah, pembelajaran inklusif, dan peran orang tua. Beberapa langkah yang direncanakan meliputi:

  1. Peningkatan kapasitas pengawas sekolah/madrasah.
  2. Pelatihan kepala sekolah/madrasah melalui Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S).
  3. Penguatan kompetensi guru melalui komunitas belajar dan Kelompok Kerja Guru (KKG).
  4. Advokasi kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan peran orang tua dalam mendukung anak belajar.
  5. Kolaborasi antara aktor pendidikan di tingkat personal dan institusional.

Program ini akan menjangkau siswa SD/MI di Kabupaten Cirebon, dengan fokus awal di Kecamatan Losari, salah satu wilayah dengan capaian pendidikan terendah. Uji coba melibatkan 10 desa, 16 SD, 13 MI, 29 kepala sekolah, 331 guru, dan 6.650 siswa. 

 “Saya mengusulkan kita mulai mengujicobakan solusi di Losari. Jika saat ini Losari (sebagai kecamatan dengan capaian paling rendah) berhasil ditingkatkan, maka akan semakin mudah wilayah lainnya diperbaiki.”

  • H. Ronianto, M.Pd., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon.

“Jika nanti uji coba di Losari berhasil, maka kita  bisa mendapatkan pola bagaimana mengidentifikasikan masalah sesuai konteksnya dan mencari solusinya. Pola inilah yang nantinya kita diseminasikan pada madrasah-madrasah, bahkan kecamatan lainnya. Saya senang dengan pendekatan ‘solusi lokal untuk masalah lokal’ yang digunakan dan akan ikut mempelajarinya. Ini artinya memberdayakan Masyarakat.” 

H. Saefuddin Jazuli, M.Si., Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cirebon

Studi Kesenjangan Capaian Belajar

Kesenjangan capaian belajar antara siswa laki-laki dan perempuan juga menjadi perhatian. Guru melaporkan bahwa siswa laki-laki cenderung memiliki motivasi belajar yang rendah, sehingga capaian literasi dan numerasi mereka lebih rendah dibandingkan perempuan.

Data Rapor Pendidikan Kabupaten Cirebon 2023 menunjukkan nilai siswa laki-laki lebih rendah 1–4 poin dibandingkan perempuan. Bahkan, data PISA menunjukkan kesenjangan capaian literasi nasional pada jenjang sekolah lanjutan mencapai 23 poin.

INOVASI Jawa Barat dan LPTK mitra tengah meneliti faktor-faktor pembelajaran yang memengaruhi kesenjangan ini. Tujuannya adalah mengidentifikasi langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dan sekolah untuk mengurangi kesenjangan capaian belajar tersebut. 

This site is registered on wpml.org as a development site. Switch to a production site key to remove this banner.