Belajar jadi lebih mudah: Kekuatan Bahasa Daerah di Sekolah

Oleh Erix Hutasoit

Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah digunakan di seluruh nusantara. Bagi mayoritas anak, bahasa daerah adalah bahasa pertama yang mereka kenal, bahasa yang mereka gunakan untuk memahami dunia. Namun, saat memulai pendidikan dasar, mereka diharapkan belajar menggunakanBahasa Indonesia; bahasa yang asing bagi mereka. Bayangkan, seorang anak berusia enam tahun dengan semangat tinggi untuk belajar, tetapi kesulitan memahami kata-kata yang diucapkan gurunya. Inilah kenyataan yang dihadapi banyak anak di Indonesia. Akibatnya, mereka kebingungan, kehilangan kepercayaan diri, dan tertinggal dalam pembelajaran.

Inilah gagasan di balik pembelajaran berbasis bahasa daerah; sebuah pendekatan yang membantu anak-anak menguasai keterampilan literasi dalam bahasa yang mereka kenal sebelum beralih ke Bahasa Indonesia. INOVASI, program Kerjasama pemerintah Indonesia dan Australia di bidang pendidikan dasar, bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menerapkan pendekatan ini di sejumlah wilayah Indonesia.

Kesulitan dalam Belajar

Di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, Yasinta Mau Ghari menyaksikankesulitan yang dihadapi anak-anak dalam memahami pelajaran karena bahasa yang digunakan di sekolah berbeda dengan bahasa yang mereka gunakan di rumah. Sebagai guru kelas 2 di SD Inpres Wudu, ia melihat bagaimana siswa merasa asing dengan huruf dan kata-kata dalam Bahasa Indonesia.“Mereka melihat tulisan di buku, tetapi tidak paham maknanya,” ujar Yasinta. “Banyak yang tidak pernah pakai Bahasa Indonesia di rumah, jadi semua terasa sulit.”

Masalah ini tidak hanya terjadi di Nagekeo. Di banyak daerah di Indonesia, ribuan anak memasuki sekolah hanya dengan kemampuan bahasa ibu mereka. Di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, sebuah studi terhadap hampir 1.500 siswa kelas awal menemukan bahwa banyak anak menghadapi kesulitan memahami pelajaran karena menggunakan bahasa yang tidak mereka kuasai. 

Selama ini, banyak yang menganggap bahwa anak-anak akan “menyesuaikan diri” dengan Bahasa Indonesia seiring berjalannya waktu. Tetapi nyatanya, banyak yang tertinggal. Mereka sulit memahami pelajaran, kehilangan semangat, dan akhirnya tertinggal dalam perkembangan akademik mereka.

Jembatan Menuju Literasi

INOVASI bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Nagekeo dan Yayasan Sulinama untuk mengembangkan pendekatan Transisi Bahasa Daerah ke Bahasa Indonesia. Tujuannya, membantu anak-anak memahami pelajaran dengan lebih baik.

Di Nagekeo, INOVASI memberikan bantuan teknis untuk mendukung program percontohan pemerintah daerah tentang transisi bahasa daerah, yang diluncurkan pada tahun 2020. Program ini menggunakan bahasa Nage sebagai jembatan menuju bahasa Indonesia di 10 Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan 10 Sekolah Dasar (SD), yang secara signifikan meningkatkan keterampilan dasar membaca dan menulis. Dengan pelatihan dan dukungan dari Tim Pengelola Pengembangan Kurikulum (TMPK), sekolah-sekolah percontohan berhasil mencapai hampir 100% kecakapan literasi di kelas awal. Kini, pemerintah Nagekeo memperluas inisiatif ini ke semua sekolah di daerah tersebut dengan menggunakan dana lokal.

Para guru seperti Yasinta menerima pelatihan tentang cara membuat pembelajaran transisi ini berjalan lancar. Di kelasnya, ia menghabiskan 30 menit pertama menggunakan bahasa daerah Nagekeo sebelum beralih ke bahasa Indonesia. Ia juga menggunakan buku yang ditulis dalam kedua bahasa, memungkinkan siswa untuk menghubungkan kata-kata yang mereka kenal dengan kata-kata baru yang sedang mereka pelajari. Hasilnya sangat luar biasa.

“Sekarang, saat mereka masuk kelas 2, anak-anak sudah bisa mengenali huruf, memahami kata-kata, dan bahkan mulai menulis,” kata Yasinta. “Mereka bersemangat untuk belajar, sudah tidak takut lagi.”

Guru PAUD Santa Clara, Maria Margaretha Elu, juga merasakan hal yang sama. Menggunakan bahasa ibu dalam pembelajaran telah membuat anak-anak lebih percaya diri dan aktif.“Sekarang mereka lebih berani berbicara, bertanya, dan berinteraksi,” ujar Margaretha. “Sebelumnya, mereka cenderung diam. Tapi sekarang, mereka senang menjawab dan berpartisipasi.”

Model yang Bisa Diterapkan di Berbagai Daerah

Keberhasilan pendekatan Nagekeo hanya contoh kecil tentang apa yang dapat dicapai jika anak-anak diberi keterampailan dasar yang tepat. Persoalan ini lebih besar daripada hanya belajar Bahasa; ini mengenai kesempatan yang adil bagi anak-anak untuk berhasil di masa depan. Menurut Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, lebih dari 2.000 sekolah di seluruh Indonesia berada di daerah di mana anak-anak menggunakan bahasa daerah. Tanpa dukungan yang tepat, banyak dari siswa ini berisiko tertinggal.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nagekeo, Venantius Minggu, percaya bahwa pendekatan ini bisa menjadi game-changer bagi pendidikan Indonesia.

“Kebijakan ini juga menjadi dorongan untuk menjaga bahasa ibu di setiap daerah tetap lestari. Dengan dukungan dari berbagai pihak seperti INOVASI, pemerintah pusat, dan lembaga pendidikan, kami berharap program ini  bisa menjadi contoh baik bagi daerah lain yang menghadapi tantangan serupa.”

Selama bertahun-tahun, ada kekhawatiran bahwa menggunakan bahasa daerah di sekolah akan menghambat proses belajar anak-anak. Namun, kenyataannya justru sebaliknya: pendekatan ini membantu mereka lebih cepat memahami pelajaran dan meningkatkan keterampilan literasi mereka.

This site is registered on wpml.org as a development site. Switch to a production site key to remove this banner.